Terkadang
saya merenungi, mengapa manusia yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah
memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan iblis yang diciptakan
dari api atau malaikat yang diciptakan dari cahaya. Padahal jika kita menelaah,
tanah itu tempatnya ada di bawah, yang mana pada hakekatnya selalu diinjak –
injak. Namun mengapa “tanah” tersebut derajatnya lebih tinggi dibandingkan
dengan “api” dan “cahaya”? Mari kita tinggalkan dahulu hal – hal yang ghaib dan
membahas yang tampak.
Selain
manusia, Allah SWT menciptakan flora dan fauna. Tumbuhan dan hewan. Dan seperti
yang kita tahu, bahwa manusia juga memiliki derajat yang lebih tinggi dari
kedua mahluk tersebut. Padahal jika kita merenungi, sejatinya manusia diciptakan
dengan segala kekurangannya. Diciptakan sebagai mahluk terlemah yang ada di
muka bumi. Manusia tidak diciptakan seharum bunga mawar, bunga melati, atau
bunga – bunga yang lain. Manusia juga tidak diciptakan dengan rasa semanis buah
– buahan. Manusia tidak diciptakan sekuat gajah, atau secepat cheetah. Manusia
tidak dikaruniai kemampuan terbang layaknya burung – burung. Manusia juga tidak
dikaruniai taring, cakar, ataupun racun yang dapat digunakan sebagai mekanisme
pertahanan diri, baik untuk menyerang maupun bertahan dari serangan. Jadi
bagaimana mungkin manusia bisa bertahan hidup hingga saat ini? Jawabannya
adalah karena manusia dikaruniai sesuatu yang tidak dimiliki oleh mahluk lain.
Sesuatu yang tidak dapat dilihat hanya menggunakan mata. Sesuatu itu adalah
yang kita sebut sebagai akal. Dengan akal manusia mengetahui batasan mereka,
menyadari bahwa mereka mahluk yang diciptakan dengan segala kekurangan,
sehingga mereka berpikir, mereka meniru, mereka berkembang. Di saat manusia
sadar bahwa mereka tidak seharum bunga – bungaan, terciptalah parfum. Di saat
manusia sadar bahwa mereka tidak secepat cheetah, kuda, kijang, atau hewan –
hewan yang lain, maka terciptalah kendaraan – kendaraan seperti motor, mobil,
atau kereta yang mana kecepatannya melebihi hewan – hewan tersebut. Di saat
manusia sadar bahwa mereka tidak bisa terbang layaknya burung, maka terciptalah
pesawat sehingga manusia dapat melihat dan merasakan keindahan alam dari sudut
pandang seekor burung. Di saat manusia sadar bahwa mereka tidak memiliki
taring, cakar, racun, atau hal lain yang dapat digunakan untuk bertahan dari
serangan mahluk lain, maka mereka menciptakan senjata, mulai dari senjata tajam
hingga senjata berapi. Dangan berbagai macam ciptaan yang mereka ciptakan,
mereka membuktikan bahwa mahluk yang terlemah pun bisa menduduki puncak rantai
makanan.
Terlepas dari
bukti nyata yang telah saya tuliskan di atas, sebenarnya manusia memang
ditakdirkan untuk berada “di atas”. Semua itu karena manusia tercipta dari
tanah. Karena manusia adalah tanah. Walaupun hakekatnya tanah berada di bawah
dan diinjak – injak, namun tanahlah yang menjaga kehidupan di muka bumi. Tanpa
tanah, tumbuhan tidak akan bisa tumbuh, tanpa tumbuhan hewan pemakan rumput
tidak bisa hidup, tanpa hewan pemakan rumput, hewan pemakan daging tidak
memiliki mangsa untuk disantap. Itulah mengapa Allah SWT menciptakan manusia
dari tanah. Karena manusia diciptakan untuk menjaga kehidupan di bumi. Karena
manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi.
Dari apa yang
saya tuliskan di atas, bisa dikatakan bahwa manusia memiliki potensi untuk
meniru, untuk berkembang, untuk menjadi lebih baik dari mahluk lain, yaitu
tumbuhan dan hewan. Jika kita menghubungkan teori tersebut dengan pertanyaan
awal kita yaitu, “Mengapa manusia yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah
memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan iblis yang diciptakan
dari api atau malaikat yang diciptakan dari cahaya?”, maka akan didapatkan
jawaban yang menarik. Manusia memiliki potensi untuk melebihi mahluk yang lain,
yang berarti manusia bisa melebihi iblis, bisa juga melebihi malaikat. Dengan
kata lain, jika malaikat dikatakan sebagai mahluk yang sangat taat kepada Allah
SWT, maka manusia bisa lebih taat daripadanya. Dan jika iblis dikatakan sebagai
mahluk yang menentang penciptanya, maka manusia bisa lebih buruk daripadanya.
Mungkin hal itulah yang mencerminkan kehidupan di era modern ini, yaitu
banyaknya manusia yang bertingkah lebih buruk dari iblis. Bertingkah lebih
buruk daripada sumber segala keburukan.
Sekian
renungan dari saya. Terima kasih telah membaca.
0 Response to "Renungan Perihal Manusia : Mengapa Manusia Tercipta dari Tanah"
Posting Komentar